Senin, 05 Maret 2012

ALIEN.


SEDIKIT CERITA


Bagaimana rasanya saat kita merasa seperti alien?!?!
Saat semua tempat, semua orang, semua pekerjaan, semua… saat kita sendirian, sementara yang lain sibuk dengan apa yang mereka kerjakan. Mungkin itu yang saya rasakan sekarang.
Saya bukan aktor, saya bukan pekerja yang bertugas untuk mendokumentasikan kegiatan, saya bukan peserta yang harus menjalani setiap kegiatan. Saya hanya saya, saya hanya melihat, saya hanya menunggu apa yang harus saya kerjakan, saya tidak tahu kenapa saya ada di sini. Mungkin untuk melihat, mungkin untuk menilai, atau untuk belajar. Bagaimana dengan 30 hari ke depan, apa saya harus tetap bertahan dalam keadaan ini? Atau saya harus masuk dengan lagak seseorang yang punya kemampuan, seorang diantara mereka, menjadi bagian mereka?? TIDAK!! Mungkin saya hanya harus memperhatikan, mungkin saya hanya harus melihat, saya tidak bisa mengkhianati diri saya sendiri. Saya BUKAN bagian dari mereka, saya alien, orang asing yang tidak sengaja berada di tempat ini. Karena kehendak TUHAN, karena ketidak sengajaan atau karena keberuntungan.

Seperti pohon, saya baru saja tumbuh, mungkin terlambat. Sementara pohon-pohon lain yang ditanam bersamaan dengan saya mungkin sudah jauh lebih tinggi dari saya. Sekarang pertanyaannya; apakah saya bisa melompat untuk bisa sejajar dengan mereka? Apakah saya harus menjalaninya setahap demi setahap untuk bisa seperti mereka? Sementara kesempatan untuk melompat itu sudah terlihat di depan mata. Atau apalah itu pilihan lainnya yang bisa saya dapatkan.
Kesendirian ini serasa menyiksa. Tapi tersisa keberuntungan, saat sebuah laptop sampai di hadapan saya. Teman, atau seseorang yang merasakan apa yang saya rasakan. Itu yang saya butuhkan, mungkin laptop ini yang ikut merasakan apa yang saya rasakan. Bukan manusia, benda sudah cukup tampaknya untuk menemani kesendirian saya. Ketakutan akan tidak berguna perlahan mulai hilang, sirna dari dalam jiwa yang selama ini terganggu. Diganggu, disiksa dalam kesendirian yang melanda.
Alien, apa yang mereka rasakan saat mereka berada di bumi? Saat tidak ada seorangpun yang mereka kenal, atau yang serupa dengan mereka, atau yang mempunyai misi yang sama dengan mereka, atau apalah itu yang bisa disamakan dengan mereka. Mungkin kesendirian ini juga yang mereka rasakan. Saya seorang alien yang tersesat ditengah belantara, saat seseorang menawarkan kesempatan apa yang saya lakukan, saya mencoba untuk setia tapi kesetiaan itu tidak menghasilkan apa-apa. Pengkhianatan, mungkin itu yang harus saya lakukan. Mengkhianati orang yang telah menyelamatkan saya?! Mengkhianati diri saya sendiri?! Mengkhianati pekerjaan yang diberikan pada saya?! Atau mengkhianati kehidupan yang diberikan?! Jenis pengkhianatan apa yang paling cocok untuk saya?! Apa pengkhianatan yang bisa saya perbuat?? Apa saya harus menyamar menjadi seseorang yang bukan ‘saya’.
Tidak ada tempat untuk pengkhianat dalam kehidupan manusiawi yang saya yakini. Ketakutan akan setiap hal yang bisa saja mengganggu kehidupan saya sebagai seorang manusia itu tidak cukup untuk membuat saya sebagai seorang pengkhianat. Seperti film, rangkaian adegan yang harus saya lalui dalam kehidupan bermanusia sampai akhirnya saya mencapai sebuah titik dimana terjadi klimaks dan menjadi titik balik dimana keadaan menjadi lebih tenang.
Saat ini saya mulai merasa berguna walaupun hanya sebagai seorang yang menekan-nekan tombol di keyboard laptop yang kebetulan bukan milik saya juga, tapi itu saya rasakan cukup untuk menjadi bagian dalam kegiatan ini. Apakah saya sudah tidak lagi menjadi alien? Atau saya hanya seekor alien yang menyamar, dengan topeng kemunafikan yang tersembunyi dibalik tombol-tombol laptop.
Kembali menjadi alien, memandangi manusia-manusia yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Sementara saya hanya duduk di depan laptop sambil menulis sesuatu yang tidak jelas, sesuatu yang mungkin saya juga tidak mengerti, sesuatu yang saya juga tidak tahu kebenarannya, sesuatu yang bahkan saya juga malu untuk mengakuinya. Perasaan ini cukup menyenangkan, saat saya harus sendirian, bahkan ditengah keramaian, ditengah keadaan dimana orang-orang berkumpul untuk saling bercengkrama. Saya hanya duduk dikursi empuk tanpa dudukan lengan, dihadapan sebuah laptop, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Memperhatikan setiap kegiatan tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Kembali dalam kegiatan alienasi, kegiatan dalam kesunyian, kegiatan dalam kesendirian, kegiatan dalam kebingungan.
Melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat. Tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa. SAYA TIDAK TAHU HARUS MELAKUKAN APA. FUCK, I FEEL LIKE SHIT.
Mungkin pekerjaan ini tidak seharusnya saya ambil. Bukan di sini tempat saya, bukan di sini seharusnya saya ada. Tapi kenapa saya ada di sini. Sebuah misteri yang mungkin tidak pernah saya tahu jawabannya. Sebuah doa yang dikabulkan tapi ternyata membawa saya pada sebuah konflik baru, konflik terhadap eksistensi. Mungkin juga saya hanya harus menunggu sampai ‘saat itu’ tiba.
ALIEN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar