SEDIKIT CERITA
Bagaimana rasanya
saat kita merasa seperti alien?!?!
Saat semua tempat,
semua orang, semua pekerjaan, semua… saat kita sendirian, sementara yang lain
sibuk dengan apa yang mereka kerjakan. Mungkin itu yang saya rasakan sekarang.
Saya bukan aktor,
saya bukan pekerja yang bertugas untuk mendokumentasikan kegiatan, saya bukan
peserta yang harus menjalani setiap kegiatan. Saya hanya saya, saya hanya
melihat, saya hanya menunggu apa yang harus saya kerjakan, saya tidak tahu
kenapa saya ada di sini. Mungkin untuk melihat, mungkin untuk menilai, atau
untuk belajar. Bagaimana dengan 30 hari ke depan, apa saya harus tetap bertahan
dalam keadaan ini? Atau saya harus masuk dengan lagak seseorang yang punya
kemampuan, seorang diantara mereka, menjadi bagian mereka?? TIDAK!! Mungkin
saya hanya harus memperhatikan, mungkin saya hanya harus melihat, saya tidak
bisa mengkhianati diri saya sendiri. Saya BUKAN bagian dari mereka, saya alien,
orang asing yang tidak sengaja berada di tempat ini. Karena kehendak TUHAN,
karena ketidak sengajaan atau karena keberuntungan.
Seperti pohon, saya
baru saja tumbuh, mungkin terlambat. Sementara pohon-pohon lain yang ditanam
bersamaan dengan saya mungkin sudah jauh lebih tinggi dari saya. Sekarang
pertanyaannya; apakah saya bisa melompat untuk bisa sejajar dengan mereka?
Apakah saya harus menjalaninya setahap demi setahap untuk bisa seperti mereka?
Sementara kesempatan untuk melompat itu sudah terlihat di depan mata. Atau
apalah itu pilihan lainnya yang bisa saya dapatkan.
Kesendirian ini
serasa menyiksa. Tapi tersisa keberuntungan, saat sebuah laptop sampai di
hadapan saya. Teman, atau seseorang yang merasakan apa yang saya rasakan. Itu
yang saya butuhkan, mungkin laptop ini yang ikut merasakan apa yang saya
rasakan. Bukan manusia, benda sudah cukup tampaknya untuk menemani kesendirian
saya. Ketakutan akan tidak berguna perlahan mulai hilang, sirna dari dalam jiwa
yang selama ini terganggu. Diganggu, disiksa dalam kesendirian yang melanda.
Alien, apa yang
mereka rasakan saat mereka berada di bumi? Saat tidak ada seorangpun yang
mereka kenal, atau yang serupa dengan mereka, atau yang mempunyai misi yang
sama dengan mereka, atau apalah itu yang bisa disamakan dengan mereka. Mungkin
kesendirian ini juga yang mereka rasakan. Saya seorang alien yang tersesat
ditengah belantara, saat seseorang menawarkan kesempatan apa yang saya lakukan,
saya mencoba untuk setia tapi kesetiaan itu tidak menghasilkan apa-apa.
Pengkhianatan, mungkin itu yang harus saya lakukan. Mengkhianati orang yang
telah menyelamatkan saya?! Mengkhianati diri saya sendiri?! Mengkhianati
pekerjaan yang diberikan pada saya?! Atau mengkhianati kehidupan yang
diberikan?! Jenis pengkhianatan apa yang paling cocok untuk saya?! Apa
pengkhianatan yang bisa saya perbuat?? Apa saya harus menyamar menjadi
seseorang yang bukan ‘saya’.
Tidak ada tempat
untuk pengkhianat dalam kehidupan manusiawi yang saya yakini. Ketakutan akan
setiap hal yang bisa saja mengganggu kehidupan saya sebagai seorang manusia itu
tidak cukup untuk membuat saya sebagai seorang pengkhianat. Seperti film,
rangkaian adegan yang harus saya lalui dalam kehidupan bermanusia sampai
akhirnya saya mencapai sebuah titik dimana terjadi klimaks dan menjadi titik
balik dimana keadaan menjadi lebih tenang.
Saat ini saya mulai
merasa berguna walaupun hanya sebagai seorang yang menekan-nekan tombol di
keyboard laptop yang kebetulan bukan milik saya juga, tapi itu saya rasakan
cukup untuk menjadi bagian dalam kegiatan ini. Apakah saya sudah tidak lagi
menjadi alien? Atau saya hanya seekor alien yang menyamar, dengan topeng
kemunafikan yang tersembunyi dibalik tombol-tombol laptop.
Kembali menjadi
alien, memandangi manusia-manusia yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Sementara
saya hanya duduk di depan laptop sambil menulis sesuatu yang tidak jelas,
sesuatu yang mungkin saya juga tidak mengerti, sesuatu yang saya juga tidak
tahu kebenarannya, sesuatu yang bahkan saya juga malu untuk mengakuinya.
Perasaan ini cukup menyenangkan, saat saya harus sendirian, bahkan ditengah
keramaian, ditengah keadaan dimana orang-orang berkumpul untuk saling
bercengkrama. Saya hanya duduk dikursi empuk tanpa dudukan lengan, dihadapan
sebuah laptop, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Memperhatikan setiap
kegiatan tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Kembali dalam kegiatan alienasi,
kegiatan dalam kesunyian, kegiatan dalam kesendirian, kegiatan dalam
kebingungan.
Melihat, melihat,
melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat,
melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat,
melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat, melihat. Tidak tahu harus
apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak
tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus
apa, tidak tahu harus apa, tidak tahu harus apa. SAYA TIDAK TAHU HARUS
MELAKUKAN APA. FUCK, I FEEL LIKE SHIT.
Mungkin pekerjaan
ini tidak seharusnya saya ambil. Bukan di sini tempat saya, bukan di sini
seharusnya saya ada. Tapi kenapa saya ada di sini. Sebuah misteri yang mungkin
tidak pernah saya tahu jawabannya. Sebuah doa yang dikabulkan tapi ternyata
membawa saya pada sebuah konflik baru, konflik terhadap eksistensi. Mungkin
juga saya hanya harus menunggu sampai ‘saat itu’ tiba.
ALIEN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar