DUALITY.
by. Davidmarthwel_ak@yahoo.com
1. INT/EXT. APARTEMEN – SIANG.
Seorang anak perempuan berjalan
melintasi lorong apartemen yang sepi. Kita dapat mengetahuinya dari kulitnya
yang putih mulus dan terlihat lembut. Dia mengambil kunci apartemen tersebut di
sebuah tempat penyimpanan yang tampaknya hanya dia yang mengetahuinya. Maka
diapun memasuki ruangan itu, dimana seorang perempuan lain sudah menunggu.
Mereka berdua bercinta, melepas kerinduan yang selama ini terpendam.
2. INT. KAMAR UTAMA – PAGI
IBU seorang wanita setengah baya
yang sedang merapikan sisiran rambut SEORANG ANAK PEREMPUAN berumur 12 tahun.
Seragam sekolah membungkus kulitnya. Setiap tarikan sisir terasa lembut,
mewakilkan kasih sayang yang sangat pada anaknya itu. Suasana terasa begitu
hangat ditambah lagi dengan sebuah tembang yang dilantunkan ibunya
menyempurnakan kehangatan itu. SEORANG ANAK LAKI-LAKI hadir di tempat itu
dengan handuk yang menutupi tubuhnya. Dia mendekat menarik baju yang dipakai
ibunya, meminta perhatian, memohon kasih sayang.
ANAK
LAKI-LAKI
Ibu… seragam sekolahku
mana?
IBU
Kamu kok
mintanya di sini?! Lihat di
Lemari kamu
dong. Kamu kan laki-laki
Masa harus
ibu juga yang ngambil?!
Tanpa menjawab, ANAK LAKI-LAKI
itu berjalan meninggalkan tempat itu. Masih setengah berharap, dia berpaling ke
arah IBU diam sebentar lalu beranjak pergi. Ibunya pun tidak menghiraukan
kepergiannya. Selesai dengan pekerjaannya, IBU menurunkan ANAK PEREMPUAN untuk
dipandangi, dikagumi.
IBU
Cantiknya
anak ibu, cepat besar ya sayang. Nanti nikah sama orang kaya, supaya hidup kamu
ga sengsara.
3. INT. KAMAR ANAK – PAGI
ANAK LAKI-LAKI itu berusaha
memakai bajunya, walaupun harus sampai terduduk di lantai, karena tidak tahu
mengenakan celana yang benar seperti apa. Tidak ada isak tangis, tapi air mata
mengalir dari matanya. SEORANG ANAK PEREMPUAN TERTUA masuk ke dalam kamar itu
yang juga kamarnya dengan adik laki-lakinya, sambil membawa sebuah kotak yang
sepertinya menjadi tempat penyimpanan. Tidak tega melihat adiknya seperti itu,
dia langsung mengambil tindakan dengan membantunya.
ANAK
TERTUA
Udah… udah… kamu jangan nangis
ahh!
Katanya udah gede?! Masa nangis ?
ANAK TERTUA mulai melengkapi
pakaian yang belum dipakai. Merapikannya sampai dia yakin betul sudah rapi.
Termasuk memakainkan topi sekolah dan membenarkan posisinya. Dia membalikan
badan adiknya sambil mengagumi untuk membesarkan hatinya.
ANAK
TERTUA
Hmmmm… kalo begini kan
cakep…
Dari luar terdengar suara IBU
memanggil mereka.
O.S.
IBU
ANAK TERTUA, ANAK
LAKI-LAKI… ayo sarapan
4. INT. RUANG MAKAN – PAGI
Suasana pagi begitu tenang,
BURUNG-BURUNG MULAI BERKICAUAN memenuhi udara. IBU tampak sibuk dengan
pekerjaannya mempersiapkan segala sesuatunya untuk dimakan, nasi bungkus yang
biasa dijual di pasar. ANAK PEREMPUAN sudah ada di tempat itu. Sementara IBU
menyiapkan makanan, ANAK TERTUA dan ANAK LAKI-LAKI menyusul. Belum sempat
mereka duduk, IBU sudah bertanya pada ANAK tertua.
IBU
Ini kok ada ayam? Siapa yang
beli?
ANAK
PEREMPUAN
Itu kak PEREMPUAN yang
beliin.
ANAK TERTUA langsung beranjak
pergi dari tempat itu. Tapi langkahnya tertahan oleh omongan IBU sambil
meletakan piring di atas meja yang masih kosong, tanda untuk anaknya untuk
segera duduk.
IBU
(
memerintah )
Heh… ANAK TERTUA kemana kamu?
Duduk
sini!! Kamu itu
mau nikah beberapa hari
lagi. Udah…
ga usah kemana-mana!
ANAK
TERTUA
Ibu apa-apaan sih?! Ibu juga
gak tau kan
kalo aku mau
apa ngga!
Keadaan mulai menegang. IBU
sempat menghentikan suapannya pada ANAK PEREMPUAN. Kedua anak itu ikut masuk
dalam keadaan itu. Mereka terdiam, memperhatikan setiap apa yang akan keluar
dari mulut orang dewasa itu.
IBU
(
memaksa )
Pokoknya kamu harus mau. Kalau
bukan kamu, siapa lagi?
ANAK
TERTUA
(
menyela )
Aku ngerti Bu…
IBU
Ini semua untuk kamu, Ibu cuma mau…
ANAK
TERTUA
(
menyela )
Tapi bukan berarti, ibu bisa
paksa saya…
IBU
Mulai berani kamu?!
Kedua anak kecil itu masih
memperhatikan. Ibu seolah-olah tersadar akan kehadiran kedua anak itu, di
mengalihkan sebagian dari perhatiannya. Dia berbicara sambil menyeka sisa
makanan yang ada di bibir ANAK PEREMPUAN.
IBU
( menyela, memaksa sambil memohon )
Nak, IBU udah ga punya siapa-siapa
lagi… Bapakmu udah ga ada… Semua yang aku
lakukan ini untuk kebahagiaan
kalian. Kebahagiaanmu, kebahagiaan adik-adikmu…
Bukan untuk Ibu. Udahlah!
Tidak ada lagi yang bisa
dilakukan ANAK TERTUA, dia hanya diam dan gelisah pada apa yang akan
dihadapinya. Kedua adiknya kembali melanjutkan suapan mereka, walaupun keduanya
masih memperhatikan keadaan kakak dan ibunya.
5. EXT. JALANAN DEKAT SEKOLAH – SIANG
ANAK PEREMPUAN dan ANAK LAKI-LAKI
dalam perjalanannya menuju sekolah. Langkah mereka ringan dan penuh semangat.
ANAK PEREMPUAN berjalan sambil memakan sebuah jajanan pasar yang dipegangnya,
dia sangat menikmatinya. Dia menawarkan jajanannya pada ANAK LAKI-LAKI.
ANAK
PEREMPUAN
Kamu mau ga?
ANAK
LAKI-LAKI
Ngga ahhh…
Seorang anak perempuan yang
berjalan bergandengan dengan ibunya yang umurnya tidak jauh berbeda dengan ANAK
TERTUA, menarik perhatian ANAK LAKI-LAKI. Mereka tampak begitu akrab dan mesra.
ANAK LAKI-LAKI tertahan, langkahnya melambat. ANAK PEREMPUAN berjalan
mendahuluinya. Melihat hal itu ANAK LAKI-LAKI berjalan berusaha menyamai
posisinya dengan ANAK PEREMPUAN, sambil memainkan apa saja yang ada di
sekitarnya.
ANAK
LAKI-LAKI
Kakak ga tinggal di
rumah lagi dong.
ANAK
PEREMPUAN
Kan kita bisa main ke
rumah Kakak.
ANAK
LAKI-LAKI
Kenapa sih kakak harus
nikah?
ANAK PEREMPUAN
Kata Ibu biar kita bisa hidup enak.
Kata-kata itu memberikan sedikit
harapan pada ANAK LAKI-LAKI. Sambil berlari mendahului ANAK PEREMPUAN.
ANAK LAKI-LAKI
Kalo gitu aku juga mau nikah ahhh…
6. INT/EXT. KAMAR APARTEMEN – SIANG
ANAK TERTUA berdiri di balkon
apartemen. Sambil mengepulkan asap rokoknya. Pikirannya entah kemana, tapi
tidak ada di tempat itu. PEREMPUAN memeluknya dari belakang, mengusik pikiran ANAK
TERTUA yang mulai merasa risih. Sambil berjalan masuk menuju ke kamar.
ANAK
TERTUA
Kita udah ga bisa
begini lagi.
Sambil menahan langkah ANAK
TERTUA.
PEREMPUAN
Maksud kamu?
ANAK
TERTUA
Mama udah milihin
pasangan buat aku.
Jawabannya cukup untuk memancing
emosi PEREMPUAN.
PEREMPUAN
Trus… kamu terima??
ANAK
TERTUA
Iya… demi kebahagiaan
keluargaku.
Kemarahan PEREMPUAN perlahan
memuncak menjadikannya seperti orang lain, dompet ANAK TERTUA diambil.
Dikeluarkan semua isinya, dilempar ke arah ANAK TERTUA. Sampai habis semua isi
lalu dompetnyapun ikut dilempar.
PEREMPUAN
Ga cukup semua ini? Hahhh?!
7. INT. KAMAR – SIANG
ANAK LAKI-LAKI tampak duduk di
depan cermin. Tangannya yang mungil mengambil satu persatu perlatan make up.
Menggunakannya untuk ‘mempercantik’ wajahnya. Pakaian saudara perempuannya ikut
dipakai.
8. INT. KAMAR APARTEMEN – SIANG
Sesaat dia terlihat seperti
menyesal atas apa yang dia lakukan. Dia kembali normal berusaha memperbaiki
kelakuannya yang kasar. Tapi usahanya itu tidak membuahkan hasil, ANAK TERTUA
sudah terlanjur malas dengan segala kelakuannya. Dia tidak menggubris perubahan
pada PEREMPUAN itu. Kelakuannya cukup untuk membuat ANAK TERTUA mendorongnya
lalu berjalan menjauh dari PEREMPUAN.
ANAK
TERTUA
Kita udah ga ada
hubungan apa-apa
lagi.
PEREMPUAN itu masih berusaha
untuk menahannya. Dia mengerahkan semua usahanya untuk menahan kepergian ANAK
TERTUA.
9. EXT. JALANAN – SIANG
ANAK TERTUA berjalan di depan,
dari belakang PEREMPUAN itu berusaha menyusulnya. Dia menarik tangan ANAK
TERTUA sambil tubuhnya terputar. Tangannnya dipegang keras. ANAK TERTUA
berusaha melepaskannya.
PEREMPUAN
Kamu ga bisa seperti
ini… kamu ga
boleh ninggalin aku…
aku bisa gila
tanpa kamu…
usaha yang dilakukan ANAK TERTUA
membuahkan hasil, dia bisa melepaskan genggaman tangan PEREMPUAN. PEREMPUAN
kesal, rambut ANAK TERTUA dijambak.
PEREMPUAN
(
con’t d )
Aku bisa nekat…
Hal itu cukup menyakitinya dan
cukup juga untuk membuatnya menampar PEREMPUAN ITU. Kaget dengan tamparan itu
membuatnya jera, dan memberikan waktu bagi ANAK TERTUA untuk pergi
meninggalkannya.
10. INT. RUMAH – SIANG
Langkah kecil ANAK LAKI-LAKI
tampak membelah kesunyian. Dia berjalan mendekat menuju ke tempat IBU yang
sedang asik menikmati jajanan pasar sambil mendengarkan siaran radio yang
memainkan lagu-lagu tembang Jawa. Dia duduk di lantai bersama ANAK PEREMPUAN.
ANAK
LAKI-LAKI
Buuuu…
Di dalam bayangannya dia mengira
IBU akan berubah lebih sayang padanya jika dia terlihat seperti anak perempuan.
Ternyata apa yang ada dibayangannya tidak sesuai dengan kenyataan. ANAK
PEREMPUAN tertawa geli melihat hal itu. Dia merasa saudaranya sangat lucu
dengan tampilan itu. Lain lagi dengan IBUnya yang mendekat dan langsung memukul
dan membersihkan wajahnya dari segala macam make up sambil melucuti satu
persatu pakaiannya, dagunya dicengkram. Semuanya dilakukan dengan kasar. Cukup
untuk membuat anak itu menangis.
IBU
Siapa yang ngajari kamu
begini?!
Mau jadi bencong?!
Bikin malu aja!!
Make up yang mewarnai wajahnya
mulai luntur karena air mata yang mengalir di pipinya. Si ANAK PEREMPUAN yang
tadinya tertawa lucu, mulai terbawa suasana dan akhirnya ikut menangis di
sampingnya. ANAK TERTUA pulang matanya masih bengkak merah, karena marah,
karena sedih, karena perasaannya yang campur aduk. Hpnya terus menerus
berdering. Tapi dia tidak menghiraukannya, setelah tahu bahwa PEREMPUAN itu
yang meneleponnya.
IBU
Jadi anak bukannya bawa
rejeki malah
bawa sial.
Melihat hal itu, ANAK TERTUA
langsung merampas adiknya dari tangan IBU.
ANAK
TERTUA
IBU apa-apaan sih?! dia juga
anak Ibu…
ga sepantasnya
ibu bilang begitu. Kalau
memang kami anak perempuan
membawa
rejeki buat keluarga ini,
biar saya aja
yang nanggung semuanya.
Mereka berdua ga
usah ibu bawa-bawa.
Tanpa menunggu reaksi dari IBU,
dia pergi meninggalkannya. Bersama dengan kedua adiknya.
11. INT/EXT. APARTEMEN – SIANG
PEREMPUAN masih berusaha
menghubungi ANAK TERTUA. Usahanya bukan kali pertama dilakukannya. Dia mulai
kesal, tapi masih terus berusaha.
12. INT. KAMAR ANAK – SIANG
ANAK TERTUA sedang berada di
kamarnya. Hpnya kembali berdering, diambilnya hp itu lalu dilihat siapa yang
menghubunginya. Ternyata PEREMPUAN itu. Telepon itu tidak diangkatnya,
dibiarkannya terus berdering tanpa ada yang menjawab. Dia meninggalkan hp itu
tergeletak begitu saja. Ternyata usaha perempuan itu tidak berhenti sampai di
situ. Hpnya kembali berdering. ANAK PEREMPUAN masuk ke kamar itu, dering
telepon telah mengundang rasa
penasaran untuk mengangkatnya.
13. INT. KAMAR APARTEMEN – SORE
PEREMPUAN itu sudah membawa ANAK
LAKI-LAKI dan PEREMPUAN ke apartemen itu. Mereka disuguhi minuman, makanan,
berloncatan di atas kasur dan segala hal yang membuat mereka senang. SUARA
MUSIK, SUARA TAWA, SUARA KEBAHAGIAAN memenuhi tempat itu. PEREMPUAN itu
menerima sebuah panggilan, yang memang telah dinantikannya. Awalnya dia hanya
mendengarkan suara di balik telepon itu yang terdengar keras dan penuh dengan makian,
kita dapat mengetahuinya dari setiap gerakan yang dilakukan oleh PEREMPUAN.
Tidak lama setelah itu, PEREMPUAN itu memberikan teleponnya pada kedua anak itu
yang terlalu sibuk dengan permainan mereka. Kedua anak itu saling berebut untuk
menerima telepon itu.
ANAK
LAKI-LAKI
Kakak di mana?? Kakak
ke sini dong…
ANAK
PEREMPUAN
Kak enak lohhh di sini…
banyak makanan
sama mainan…
Percakapan itu terhenti, telepon
itu di berikan pada si PEREMPUAN.
PEREMPUAN
Kamu ke sini aja sayang…
14. INT. KAMAR ANAK – SORE
IBU memasuki kamar ANAK LAKI-LAKI,
dia tidak menemui seorangpun di kamar itu, tapi dia menemukan sebuah kotak yang
mencurigakan baginya. Rasa penasaran telah membuatnya mencari tahu apa isi di
dalam kotak itu. Karena memang baru sekali dia melihat benda itu. Kotak itupun
mulai dibuka, satu persatu kenangan lama yang hendak disembunyikan anaknya
mulai terbongkar.
( INSERT
KERETA PASSING )
15. INT/EXT. APARTEMEN – SORE
Langkah kaki ANAK TERTUA berjalan
terburu-buru menyusuri lorong yang ada di apartemen itu. Pintu apartemen itu
terbuka, ANAK TERTUA masuk dan mencari keberadaan PEREMPUAN itu. PEREMPUAN itu
keluar dari kamar, dia seperti sudah menduga kehadiran ANAK TERTUA di tempat
itu. Dia langsung mendekat, mencoba untuk menenangkannya. Tapi ANAK TERTUA
tidak mempedulikannya.
ANAK
TERTUA
Minggiirrrr!!!!!
PEREMPUAN itu tidak dapat menahan
pergerakan ANAK TERTUA, dia terdorong ke tembok yang membentur kepalanya.
PEREMPUAN itu membiarkannya lewat di depannya menuju ke kamar. Saat pintu
terbuka, PEREMPUAN itu menahan ANAK TERTUA untuk masuk ke dalam. Maka
terlihatlah kedua adiknya sudah tertidur lelap.
PEREMPUAN
Udah biarin aja…
Melihat adik-adiknya tidak
apa-apa, dia berjalan menjauh dari kamar itu. Lalu dia mengarahkan kekesalannya
pada PEREMPUAN. Tangannya sibuk mengayun, memukuli PEREMPUAN yang hanya
berusaha menahannya. Kekhawatiran dan kekesalan itu bercampur aduk, membuatnya
mengeluarkan air mata. Dari matanya terlihat sesuatu yang pilu, yang mengiris
hatinya bahwa cinta mereka tidak lagi bisa diluruskan.
ANAK
TERTUA
Kamu jangan libatkan mereka
berdua!
PEREMPUAN
Ngga sayang…
ANAK
TERTUA
Kamu jangan macam-macam!
ANAK TERTUA masih memukul
PEREMPUAN tapi mulai melemah. Sedangkan PEREMPUAN itu terus menghalangi setiap
pukulan sambil mencari celah untuk menghentikannya.
PEREMPUAN
Aku sayang
kamu…
ANAK
TERTUA
Aku udah ga bisa, kita udah
habis…
ANAK TERTUA masih melancarkan
perlawanannya, dia tidak membiarkan PEREMPUAN itu untuk melakukan tindakannya
lebih jauh lagi. Walaupun apa yang dilakukan oleh PEREMPUAN cukup untuk membuat
pertahanannya melemah.
PEREMPUAN
Aku bisa buat kamu bahagia…
ANAK
TERTUA
Udahlah…
PEREMPUAN
Aku janji. Setelah ini…
ANAK
TERTUA
(
menyela )
Aku ga bisa…
PEREMPUAN
Terakhir… ini yang terakhir…
Sesaat ANAK TERTUA memikirkan
perkataannya, lalu mulai melonggarkan pertahanannya sambil PEREMPUAN itu terus
melancarkan aksinya.
ANAK TERTUA
Plisss… aku mohon, kita ga bisa…
PEREMPUAN
Kenapa?
ANAK TERTUA
Aku ga mau…
PEREMPUAN
Kamu mau… aku tau kamu mau…
ANAK TERTUA
Kamu ga tau apa-apa…
PEREMPUAN berusaha menenangkan
ANAK TERTUA. Sambil mulai mengelus, mencium apa saja yang bisa dicium.
Memainkan perannya sebagai kekasih. ANAK TERTUA mulai terisak, hal ini tidak
luput dari perhatian PEREMPUAN yang langsung bereaksi untuk menenangkannya.
PEREMPUAN
Shhhh…
Mereka berdua mulai bergelut,
rebah di atas sofa yang menjadi tempat peraduan mereka. Tanpa mereka sadari
pintu sudah terbuka, seseorang ada di tempat itu selain mereka berdua.
Menyaksikan apa yang mereka lakukan. IBU berdiri tepat di hadapan mereka
berdua. Air matanya mengalir deras, tanpa suara, tanpa isak tangis. ANAK TERTUA
yang pertama menyadari hal itu. Dia segera menjauhkan PEREMPUAN itu dari
pelukannya, sambil melangkah menjauh menuju ke tempat IBU keluar. PEREMPUAN itu
masih berusaha menahannya. Dia menggunakan segala kemampuannya untuk
menghalangi kepergian kekasihnya.
16. EXT. APARTEMEN – SORE
IBU menangis di depan pintu, kakinya
tidak lagi kuat melangkah. Tangisannya lebih memburu kali ini. Dia tidak lagi
bisa menahan kesesakan yang ada di dadanya. Dari dalam terdengar suara pertarungan
antara pasangan lesbi itu. ANAK TERTUA keluar, dia mendapati IBU dalam keadaan
itu. Tangannya memegang sebuah benda keras yang telah berlumuran darah. Dia
ikut terduduk di lantai, benda itu terlepas dari tangannya, tepat di belakang
IBUnya. Gagang pintu yang tadi dipegang oleh anak tertua berlumuran darah yang
mengalir dari gagang pintu, lalu menetes jatuh.
---SELESAI---
written by:Stoopid_boi
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar