ELEGI EGY.
Story By. David M Latupeirissa
Jakarta, 29 oktober 2010
Stupidboy_merahitam@yahoo.com
Sinopsis
Jakarta 1976, EGY/REGGY seorang anak laki-laki yang baru saja
lahir tapi sudah harus dipisahkan dari ibunya. Sebuah keluarga dari Jakarta,
tanpa anak, dengan keadaan ekonomi yang melimpah, mengambil Egy dari ibunya
untuk diadopsi untuk memancing kehadiran anak dalam keluarga mereka.
Egy (12 tahun) tumbuh menjadi anak remaja dengan kesukaannya
terhadap musik yang pada saat itu lebih lazim didengarkan oleh orang-orang yang
jauh lebih tua daripada dirinya. Di hadapan anak-anak perempuan sebayanya Egy berubah
menjadi seekor ayam sakit yang hanya bisa diam tanpa berkata apa-apa. Tapi
cintanya akan keindahan membuat dirinya seringkali mengagumi keindahan itu
dengan tatapan yang berlebihan dan kadang membuat risih manusia-manusia yang
dikaguminya itu. Tinggal bersama keluarga Kristen mengharuskannya untuk ke
gereja. Di sana dia bertemu dengan RURY (12 tahun), anak dari kerabat orang
tuanya, dari jemaat setempat. Walaupun tidak memiliki keberanian untuk menyapa
tapi dia masih punya nyali untuk menatapnya. Kehadiran Rury telah
menginspirasikannya untuk menciptakan sebuah puisi cinta yang akan
dipersembahkan untuk perempuan pertama yang telah memikat hatinya.
Puisi cintanya yang pertama akhirnya dibacakan, dengan
tersipu-sipu Egy melontarkan sepatah demi patah kata di hadapan Rury. Keringat
dan suara yang bergetar berhasil dilaluinya, Rury yang mendengarkan pun terpaku
dengan kata-kata dan menunggu maksud sebenarnya dari Egy yang sontak berlari
meninggalkan Rury yang masih terpaku karena perasaan malu bercampur senang.
Perlahan tapi pasti, hubungan dua anak remaja ini mulai terjalin. Bulan demi
bulan mereka lalui, kedekatan mereka semakin terlihat jelas.
Suatu hari Egy(15 tahun) menerima kenyataan bahwa dia hanyalah
seorang anak angkat setelah percekcokan antara dia dan ibu angkatnya yang sudah
berlangsung cukup lama. Egy terpukul, dia kabur. Tidak tahu harus kemana dia
melangkah, maka setapak demi setapak dia lewati malam tanpa tujuan yang jelas.
Kakinya mulai lemas, langkahnya agak tertahan. Egy beristirahat di depan sebuah
pertokoan. Dia tertidur di situ melepaskan lelah dan kepenatan di hatinya. Pada
saat terbangun, Egy melihat Rury duduk di hadapannya, bermandikan hujan yang
mengguyur Jakarta malam itu. Dibelakang Rury tampak orang-tua angkatnya
mendekat untuk membawanya pulang.
Perlahan Egy mulai bisa menerima kenyataan bahwa dia adalah
seorang anak angkat. Cekcok lama yang seringkali terjadi antara dirinya dan ibu
angkatnya mulai diredam. Tidak ada lagi keributan, keadaan mulai menghangat,
tapi kehangatan yang berbeda dari yang dulu ada pada mereka. Egy mulai
tergila-gila pada musik, dia membentuk sebuah band yang berisikan beberapa anak
muda sekolahnya. Mereka berlatih memainkan musik dan mulai terbawa arus
kehidupan Narkotika pada saat itu. Egy mulai mengenal putaw, dia menggunakannya
untuk meningkatkan kreatifitas dan bersembunyi dari masalah. Awalnya Rury tidak
mengetahui hal ini, tapi lambat laun dia mulai melihat adanya perubahan pada
diri Egy. Pada saat Rury tau, mereka ribut besar dan berakhir pada perpisahan.
Egy tidak bisa menerimanya, dia memohon pada Rury untuk kembali padanya. Rasa
sayang yang masih tersisa membuatnya mau memaafkan Egy.
Egy (20 tahun) dengan gayanya yang khas mengakhiri waktunya
mengudara di salah satu radio swasta Jakarta. Dia keluar sambil memainkan lagu
terakhirnya. Di luar, tampak beberapa orang anak muda sedang duduk di tempat
itu, sambil menikmati minuman atau hanya sekedar menghisap rokok. Rury (23
tahun) juga ada di situ. Dengan berbekal sebuah surat koresponden dari salah
satu label record di Amerika, Egy mulai membacanya dengan suara lantang dan
bahasa Inggris yang tidak terlalu bagus. Semua orang di tempat itu menyambutnya
dengan penuh antusias. Stasiun radio itu telah menjadi tempat nongkrong anak-anak
muda underground jakarta, pekerjaan Egy membuatnya mampu mempublikasikan musik
pemberontakan yang disuarakan oleh anak-anak muda itu. IRGO(20 tahun),
ONGKIE(22 tahun), OMBING(22 tahun) dan ARCHIE(20 tahun) juga ada di tempat itu.
Mereka berempat merupakan personil DISCARD, sebuah band yang mengusung musik
HARDCORE dengan EGY sebagai manajernya.
Merenggangnya hubungan Egy dengan keluarga angkatnya, tidak
padam dimakan waktu. Surat peringatan pertama untuk EGY dari kampusnya datang
dan diterima oleh ibunya. Malas dengan keributan yang akan ditimbulkan surat
itu, ibunya hanya diam tanpa memberikan respon terhadap kedatangan surat itu.
Di kampus Egy terkenal sebagai mahasiswa yang aktif dan berani
mengemukakan pendapat. Masalah-masalah kecil bisa membuatnya berkelahi,
penolakkan dewan kampus terhadap acara musik yang ingin diprakarsai Egy telah
menimbulkan pro dan kontra dikalangan mahasiswa. Sebuah proposal mengenai arah
baru kegiatan kemahasiswaan disuarakannya, dibacakan di depan ratusan mahasiswa
yang ikut berdemo. Kemarahan, rasa geram atas dukungan pasif dari pihak kampus
telah membuatnya bertindak anarkis. Surat permohonan yang dibuatnya dibakar,
dianggap tidak berguna, beberapa tumpukkan kursi dan meja tidak luput dari
minyak tanah dan api yang ditimbulkannya. Surat Drop Out dari kampus
dikeluarkan, sampai ke tangan orang tuanya. Egy pulang, ibu angkatnya hanya
memberitahukan bahwa dia di drop out dari kampus. Egy tidak memberikan respon
apa-apa, dia hanya diam dan keluar lagi dari rumah itu dengan membawa
pakaian-pakaiannya.
Egy akan pergi ke sebuah acara musik underground di salah satu
hall di Jakarta. Bersama dengan Rury dan ketiga temannya mereka datang ke
tempat itu. Rury kecewa terhadap keputusan Egy, dia tidak marah hanya tidak
sependapat dengan Egy yang pergi dari rumah dan dikeluarkannya Egy dari kampus.
Dia bosan dengan segala macam hal yang harus dimakluminya dari kelakuan Egy. Keributan
itu berujung dengan perpisahan. Belum sampai di tempat tujuan Rury sudah
meninggalkan Egy.
Di tempat berlangsungnya acara Egy disibukkan dengan sambutan
yang diberikan teman-temannya, dia tidak hanya mendengarkan dan menonton, dia
juga beraksi di atas panggung. Kebanyakan orang sudah mengetahui eksistensi
Egy, merekapun ikut berjoget di lantai dansa. Kesedihan karena ditinggalkan
Rury sirna begitu saja, ditelan alkohol dan dihisap oleh lintingan-lintingan
ganja. Dia tidak terlalu memikirkan kepergian Rury, malah dia berkenalan dengan
seorang gadis yang mau diajaknya bersenang-senang yang berakhir di ranjang.
Keputusan Rury sudah bulat, dia memang sudah tidak lagi cocok
dengan Egy. Rury meninggalkan Egy, hubungan mereka berakhir. Egy yang berlagak
tegar malah menunjukkan pada Rury bahwa dia bisa menggaet wanita mana saja yang
dia inginkan. Kelakuan Egy rupanya tidak mengundang simpati Rury, malah dia
makin jauh dari kehidupannya. Kerinduannya tidak lagi dapat dibendung, sebuah
puisi diciptakan untuk belahan hatinya itu, tanpa ada tanda-tanda bahwa mereka
bisa kembali bersama. Berselang beberapa bulan, Egy mengetahui bahwa Rury sudah
memiliki kekasih baru. Amarah membakar dirinya, dia menghampiri dua orang itu
dan menghajar kekasih Rury sampai babak belur. Semakin jauhlah Rury dari
kehidupannya. Amarah membentuknya menjadi sosok yang lain. Tidak hanya kepada
manusia, Tuhanpun tidak luput dari amarahnya. Perubahan dalam dirinya tidak berujung
baik pada pergaulannya.
Berganti-ganti wanita yang dibawanya, baik itu pacaran atau
hanya sebuah hubungan senang-senang yang dijalinnya. Baik sebagai penjaja
cinta, pemuas nafsu atau hanya sebagai pengerat yang membuat Egy kehabisan uang
untuk membiayai keinginan mereka. Egy mulai sibuk bersembunyi menghindari para
penagih hutang yang mengejar-ngejarnya. Hari demi hari, bulan berganti, umur
semakin tua dirasakannya dia mulai bosan dengan hidup. Kemuakannya terhadap
hidup telah menyalakan api kematian dalam dirinya.
Percintaannya yang kandas di tengah jalan tidak seiring dengan
keberhasilannya dalam karir, setidaknya produser-produser rekaman di Jakarta berhasil
dibuatnya tertarik pada musik yang diusung Discard. Perjalanan karir Discard
berjalan lancar. Idealisme yang pertama kali mereka tawarkan semakin hilang. Musik
yang mereka usung semakin lembek, mulai terkontaminasi oleh budaya pop dan
tidak lagi sejalan dengan idealisme yang diperjuangkan Egy. Ketidak serasian
visi membuat Egy mengundurkan diri dari posisi manajer Discard saat itu.
Dia kembali dalam kehidupannya yang dulu. Bersama
wanita-wanitanya dia kembali bergelut dengan dunia malam anak-anak underground.
Dia bertemu dengan teman lamanya, JAWENG (27 tahun) salah satu personil band
local Jakarta bernama Possesion. Waktu pertama kali mendengarkan musik mereka,
semangatnya kembali berkobar. Kali ini bukan Jakarta yang menjadi tujuannya,
tapi Amerika. Dengan bermodalkan surat dan telegram dia berkorespondensi dengan
beberapa produser musik di Amerika. Perjuangannya tidak berlalu begitu saja,
dia berhasil membawa Possesion ke Amerika dan melakukan rekaman di sana.
---THE
END---
Epilog.
Hutang-hutang yang harus dibayar sudah melebihi kemampuannya.
Kebosanannya terhadap hidup semakin menjadi-jadi. Dengan bertemankan The end
yang merupakan musik dari The Doors dan alkohol dia mengakhiri hidupnya dengan
menenggak racun serangga. Beberapa pucuk surat dan puisi ditinggalkannya
sebagai kata-kata terakhir untuk Tuhan dan kerabat terdekatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar